Featured Posts Coolbthemes

Sponsort

Adsense Two [468 x 60]

Menguak Perintah Pembunuhan 300 Tokoh Aceh

Jumaat, 2 September 2016



Oleh : Iskandar Norman

Les hitam terhadap 300 tokoh Aceh, yang berencana dibunuh, serta sikap Soekarno yang ingkar janji menjadi alasan Tgk Muhammad Daoed Beureuh untuk memberontak terhadap Jakarta.

Menulis soal pemberontakan di Aceh, tak lekang dari pemberontakan DI/TII. Aceh yang awalnya begitu setia terhadap Republik Indonesia, tiba-tiba menjadi begitu berang, ketika Tgk Muhammad Daud Beureueh, mantan Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo, merasa dikhianati oleh Presiden Soekarno. Janji yang tak ditepati menjadi alasan utama Daud Beureueh memberontak.

Sejarawan Belanda, Cornelis Van Dijk, menyebutkan. Kekecewaan Daud Beureueh semakin memuncak, ketika sebuah dokumen rahasia dari Jakarta yang disebut-sebut dikirim oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo melalui Jaksa Tingi Sunarjo yang membawa dokumen itu ke Medan. Ada pula yang menyebutkan dokumen rahasia itu “warisan” dari kabinet Sukiman.

Isinya, Jakarta berencana membunuh 300 tokoh penting Aceh—ada juga yang menyebut 190 tokoh—melalui sebuah operasi rahasia. Yang disebut sebagai les hitam. Keputusan ini diambil setelah Jakarta memastikan bahwa Aceh akan menggelar sebuah pemberontakan. Tapi sampai kini tak ada yang bisa memastikan keberadaan dokumen tersebut.

Sejarawan Belanda lainnya, B.J.Boland, dalam bukunya “The Struggle of Islam in Modern Indonesia”, menyebutkan sebetulnya surat itu tak pernah ada.

“Desas-desus itu di embuskan oleh politikus sayap kiri di Jakarta untuk menghantam gerakan Islam di Aceh,” katanya. Secara tersirat Van Dijk menduga dokumen itu ada. “Daftar nama itu barangkali sengaja dibocorkan dengan tujuan tertentu. Orang Aceh terkemuka merasa mereka mungkin akan ditangkap dan, karena itu, memutuskan lari ke gunung,” kata Van Dijk. Tapi Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dalam rapat paripurna DPR pada 2 November 1953 menyangkal telah menyusun daftar itu.

Rumor tentang rencana pembunuhan itu membuat pemberontakan Darul Islam di Aceh menemukan momentumnya. Aktivis Darul Islam langsung pasang kuda-kuda. Teungku Daud Beureueh, salah satu orang yang disasar oleh dokumen tersebut, segera mengacungkan kapak perang.

“Les hitam adalah bukti yang menimbulkan kecurigaan kita bahwa pencetus peristiwa berdarah itu adalah permainan lawan-lawan politik Teungku Daud Beureueh untuk menghancurkan beliau dan kawan-kawan,” kata Nur el-ibrahimy, menantu Beureueh sekaligus saksi sejarah Aceh.

Setelah itu, sembilan tahun Daud Beureueh memimpin sebuah gerakan perlawanan dengan bendera Darul Islam. Gerakan itu menjadi pembuka kisah perlawanan Aceh pasca-era kolonial dan memunculkan Daud Beureueh, tokoh besar yang sulit dilupakan sejarah.

“Les hitam” bukan satu-satunya alasan mengapa peristiwa itu ada. Membela Republik di masa perjuangan kemerdekaan, Daud Beureueh merasa dikhianati Sukarno. Divisi X TNI di Aceh dibubarkan dan pada 23 Januari 1951 status provinsi bagi Aceh dicabut. Ada yang menyebut kabinet Natsir yang melakukannya. Tapi ada yang berpendapat itu hasil kabinet sebelumnya. Apa pun, yang terang Aceh dipaksa lebur dalam Provinsi Sumatera Utara.

Van Dijk bercerita. Dua hari setelah keputusan itu diambil, pemerintah Jakarta melantik Abdul Hakim menjadi Gubernur Sumatera Utara dengan Medan sebagai ibu kota pemerintahan. Beureueh, yang saat itu adalah gubernur jenderal yang meliputi kawasan Aceh, Langkat, dan Tanah Karo, bahkan tak tahu perihal pengangkatan gubernur baru tersebut.

“Semua surat yang dialamatkan ke residen koordinator dikembalikan ke Medan tanpa dibuka atas perintah Daud Beureueh,” tulis Van Dijk.

Selain itu, Aceh juga sudah lama merasa dipinggirkan penguasa Republik. Ekonomi rakyat tak diperhatikan, pendidikan morat-marit, dan Jakarta dalam pandangan Beureueh hanya sibuk bertikai dalam sistem politik parlementer. Dan yang terpenting, status otonomi khusus, yang memungkinkan Aceh memiliki sistem pemerintahan sendiri dengan asas Islam tak kunjung dipenuhi Soekarno.

Dalam usahanya memberontak terhadap Jakarta, Daod Beureuh menjalin hubungan Kartosoewirjo, pemimpin DI/TII di Jawa Barat, yang lebih dulu mengibarkan bendera perang. Tak jelas benar siapa yang lebih dulu “membuka kata” untuk sebuah kongsi yang bersejarah ini.


Menurut sebuah dokumen rahasia yang belakangan terungkap, Beureueh dan orang kepercayaannya, Amir Husin al-Mujahid, pernah berunding dengan Karto di Bandung pada 13 Maret 1953. Utusan Karto, Mustafa Rasyid, pernah pula dikirim ke Aceh untuk membicarakan hal yang sama. Mustafa ditangap tentara Indonesia ketika kembali ke Jawa pada Mei 1953.

Kemarahan Beureueh ini mendapat dukungan publik Aceh. Dalam kongres ulama Aceh di Medan, yang dilanjutkan dengan kongres Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA)—lembaga yang dipimpin oleh Beureueh—di Langsa, April 1953, menggumpallah itikad melawan Jakarta. Orang-orang Jawa dan Medan mereka sebut sebagai “kafir yang akan merebut Aceh”. Sukarno mereka sebut sebagai presiden yang hanya akan memajukan agama Hindu.

Puncaknya adalah maklumat perang yang ditulis Beureueh pada September 1953.

“Dengan lahirnya proklamasi Negara Islam Indonesia Aceh dan daerah sekitarya, lenyaplah kekuasaan Pemerintah Pancasila di Aceh,” demikian bunyi makmulat yang dikirim hingga ke desa-desa.

Jakarta bukan tak bergerak. Sebelum tentara dikirim, Sukarnolah yang mendatangi Aceh untuk mendinginkin suasana. Tapi, seperti kunjungannya pada 1951, kunjungan menjelang perang berkobar itu disambut dingin. Pengamat politik Herbert Feith dalam artikelnya di jurnal Pacific Affairs pada 1963 mencatat betapa Sukarno tak berdaya disambut poster-poster antipresiden.

“Kami cinta presiden tapi lebih cinta agama,” begitu bunyi salah satu poster.

Wakil Presiden Hatta, yang punya latar belakang keislaman, relatif lebih berhasil. Dalam kunjungan pada Juli 1953, ia berhasil berunding dengan Beureueh dan pulang ke Jakarta dengan keyakinan bisa mengatasi keadaan. Tak seperti Sukarno, Hatta adalah orang yang sejak awal percaya bahwa pemberontakan daerah hanya bisa diatasi dengan menerapkan otonomi khusus dan federalisme.

Tapi Hatta justru dikepung oleh kritik politikus sekuler, terutama PKI. Hatta dianggap ceroboh karena telah menggunakan pengaruhnya kepada Perdana Menteri Wilopo sehingga pemerintah tak mengambil tindakan apaapa menghadapi Aceh hingga 1953. Pertempuran akhirnya memang tak terhindarkan di Aceh. Dan Daud Beureueh berdiri dalam pusaran konflik yang berkepanjangan.

Dilahirkan di Beureueh, Sigli, pada 1898, Muhammad Daud adalah lelaki yang tak pernah mengenal sekolah formal. Ia mengecap pendidikan di beberapa pesantren di Sigli. Salah satunya milik Teungku Muhammad Hamid— orang tua Farhan Hamid, anggota DPR asal Partai Amanat Nasional. Pada usia 33 tahun, Daud mendirikan Madrasah Sa’adah Abadiah di Blang Paseh, Sigli.

Daud adalah ulama yang disegani. Majalah Indonesia Merdeka dalam terbitannya
pada 1 Oktober 1953 menulis betapa Daud Beureueh bisa “menyihir” orang dalam ceramahnya yang berjam-jam di masjid. Tak hanya memukau, Daud tak segan melontarkan kritik keras kepada mereka yang meninggalkan akidah Islam.

“Lidah Teungku Daud sangat enteng mengeluarkan vonis haram dan kafir kepada orang yang tak disukainya ketika ia berkhotbah di masjid, dalam rapat, atau di mana saja tempat yang dianggapnya perlu,” tulis Indonesia Merdeka.

Karena karismanya itu, Beureueh dipercaya memimpin tentara Indonesia dalam pertempuran melawan Belanda. Beureueh juga menjadi orang yang bisa menyatukan laskar-laskar perang di Aceh ketika mereka hendak digabungkan menjadi Tentara Rakyat Indonesia (TRl). Itulah sebabnya, meski ia tak mengenal sekolah, Wakil Presiden Muhammad Hatta mengangkatnya menjadi gubernur militer dengan pangkat jenderal mayor tituler.

Tapi Daud Beureuh bukankah tokoh tanpa kontroversi. Salah satu yang terpenting adalah kiprahnya dalam PUSA—lembaga yang didirikannya pada 1939 ter utama kaitannya dengan kaum uleebalang yang didukung pemerintah Belanda. Telah lama sebetulnya ada hubungan yang tak harmonis antara kalangan ulama dan kaum pamong praja di Aceh. Kalangan ulama menuding uleebalang hanya menjadi boneka penjajah. Puncaknya adalah meletusnya peristiwa Perang Cumbok.

Van Dijk mencatat, menjelang revolusi Darul Islam 1953, perang dingin di antara keduanya sudah terlihat. Pada 8 April 1951, kaum uleebalang membentuk Badan Keinsjafan Rakjat (BKR). Secara resmi lembaga ini bertujuan menegakkan pemerintahan yang bersih. Tapi, melihat statemen-statemen yang dikeluarkannya, jelas badan ini bertujuan menggugat PUSA.

Badan Keinsjafan, misalnya, meminta pemerintah pusat membersihkan panitia Pemilu 1955 dari “anasir-anasir” PUSA. Kunjungan pejabat Jakarta ke Aceh masa itu kerap disambut oleh demonstrasi pendukung keduanya. Salah satu poster yang dibentangkan BKR misalnya berbunyi, “Teungku Daud Beureueh Pengisap Darah Rakyat’,” tulis Van Dijk.

Van Dijk malah menuding gerakan PUSA tak independen. Persenjataan PUSA ketika bertempur, misalnya, tak lain berasal dari Jepang. Tapi tudingan ini dibantah M Nur El-Ibrahimy. Menurutnya, mereka berperang dengan menggunakan sisa-sisa senjata milik Jepang yang disita rakyat. Menurut El-Ibrahimy, serangan kepada Beureueh dan PUSA memang beragam. Tak hanya itu, gerakan kepanduan milik PUSA, Kasysyafatul Islam, pernah disebut sebut menerima bantuan 4.000 pakaian dan Borsumij, sebuah perusahaan Belanda.

“Bagaimana masuk akal kami menerima sumbangan dari musuh?” tulis El-Ibrahimy dalam buku Teungku Daud Beureueh: Peranannya dalam Pergolakan di Aceh.

Pemberontakan Daud Beureueh berlarut-larut sebagian pimpinan DI,TII menjalin kontak dengan pusat dan turun gunung, sementara itu rakyat lelah oleh perang. Pada 1961, ia menyerahkan diri kembali ke pangkuan Republik, selepas menjalani pemberontakan yang panjang.

Dalam surat menyuratnya dengan Kolonel M. Jassin, Panglima Kodam I Iskandar Muda, yang diutus untuk membujuk Beureueh, ia menyatakan kesediaannya untuk turun gunung dengan lebih dulu diberi kesempatan bermusyawarah dengan kalangan ulama, Ia bukan lagi pejabat, bukan pemimpin pemberontak, tapi pengaruhnya tak menyusut banyak.

Awal Mei 1978, ia bahkan diasingkan ke Jakarta oleh pemerintah Orde Baru untuk mencegah karismanya menggelorakan perlawanan rakyat Aceh. Di Jakarta, meski dipinjami kendaraan pribadi dan biaya hidupnya ditanggung pemerintah, Beureueh menderita. Kesehatannya merosot tajam. “Tidak ada penyakit yang serius yang diidap Teungku Baud kecuali penyakit rindu kampung halaman,” kata El-Ibrahimy.

Tapi tutup usia di tanah Aceh pada 1987. Napasnya berhenti hanya dua tahun sebelum pemerintah menetapkan Aceh sebagai daerah operasi militer (DOM) —masa yang membuat luka di Tanah Rencong kembali berduka.


Readmore: http://www.atjehcyber.net/2011/05/menguak-rencana-pembunuhan-300-tokoh.html#ixzz4J6vtDeuv 
Sumber: @atjehcyber | fb.com/atjehcyberID 
Read Post | ulasan

POLITIK TIKUS (POLITIKUS)

Jumaat, 26 Ogos 2016

Foto Abu Simai.
Saboh riwayat narit lon peutroh
di Nanggro jioh keu saboh bangsa
jiduek lam uruek ji eh dalam broh
Keu Bangsa tikoh haba lon rika
Tikoh dalam Blang atawa lampoh
Wajeb taparoh bek wahe sjedara
Glong jeuneurob tapageu lampoh
Taleet beu jioh bek lee ji teuka
Dilee kon udep di bangsa tikoh
Kayem jipiyoh lam uruek raya
Meuaneuk binoe sinan dalam broh
Hinan seumajoh pue-pue nyang hawa
Tapula ubi golom troh tanggoh
Kalheuh dijak kueh peureudei jiba
Pade tatabu keu bu ta pajoh
Troh bangsa tikoh ka jijak seuba
Leupah sengsara menyoe na tikoh
Habeh ji sampoh jagong keupila
Harkat ta udep sabe hana troh
Tabiat tikoh lagei nyan rupa
Jino hai abu jipeugah katroh
Rame dum tikoh yang troek di lua
Jicok hareukat bak luwah lampoh
Ka jak peuroh bak peutron keunira
Hak Aneuk yatim jitem jak sampoh
Jitem jak pajoh hak inong janda
wahe ulama neu mat peujampoh
Bagah neu paroh tikoh bek lee na
Menyoe teulat neumat peujampoh
Geutanyoe kiroeh sama sibangsa
Saweub diadu tanyoe meu soh-soh
Nyan cara tikoh bak reubot kuasa
Kadang e teungku neujak u lampoh
Meureumpok tikoh neuturi hana
Neu eu peulandok neupeugah tikoh
Mungken syit lapoh sisat lam paya
Ulee ji tincu iku ji haloh
Bulei bak tuboh rapoh lagoina
Misei ji panyang bagah that duroh
Tanda nyan tikoh bek na le dawa
Gigoe ji blah keu tajam dua boh
Bagah bak jikoh makanan raya
Punyueng ji rayeuk ruhueng diteungoh
Mangat bagah troh info bahaya
Neujak u Calang bak Gureutei neupiyoh
Troh u Meulaboh uroe ka Asa
Bek bi jabatan keu bangsa tikoh
Habeh ji pajoh harta neugara
di Glee Maheng Ureung meulampoh
ateuh gunong goh ureung meu rusa
Hai bansa aceh bu teugoeh teugoeh
nyan perte tikoh neulet u lua
meu macam bagou Cara let tikoh
racon jeut neuboh tikoh neu tuba
neu boh peurangkap tikoh mangat roh
mangat bek kiroh ngat senang bansa
Istana beugleh bek le na tikoh
tikoh neu paroh dalam peunjara
ngat seunang rakyat ekonomi leumoh
Bek sabe meh moh lagei yang ka ka
Angen sinja jipot u Meulaboh
Wate oh beungoh jipot u Banda
Mumada ohnoe hikayat tikoh
Haba ka putoh malam ka jula.
Read Post | ulasan

ASAL MULA ACEH DISEBUT SERAMBI MEKKAH

Khamis, 17 Disember 2015



Pada abad ke 15 M, Aceh pernah mendapat gelar yang sangat terhormat dari umat Islam nusantara. Negeri ini dijuluki “Serambi Mekkah” sebuah gelar yang penuh bernuansa keagamaan, keimanan, dan ketaqwaan. Menurut analisis pakar sejarawan, ada 5 sebab mengapa Aceh menyandang gelar mulia itu. 

Pertama, Aceh merupakan daerah perdana masuk Islam di Nusantara, tepatnya di kawasan pantai Timur, Peureulak, dan Pasai. Dari Aceh Islam berkembang sangat cepat ke seluruh nusantara sampai ke Philipina. Mubaligh-mubaligh Aceh meninggalkan kampung halaman untuk menyebarkan agama Allah kepada manusia. Beberapa orang di antara Wali Songo yang membawa Islam ke Jawa berasal dari Aceh, yakni Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ngampel, dan Syarif Hidayatullah.

Peta Kuno Samudra



Kedua, Daerah Aceh pernah menjadi kiblat ilmu pengetahuan di Nusantara dengan hadirnya Jami’ah Baiturrahman (Universitas Baiturrahman) lengkap dengan berbagai fakultas. Para mahasiswa yang menuntut ilmu di Aceh datang dari berbagai penjuru dunia, dariTurki, Palestina, India, Bangladesh, Pattani, Mindanau, Malaya, Brunei Darussalam, dan Makassar.

Jami’ah Baiturrahman (Universitas Baiturrahman)


Ketiga, Kerajaan Aceh Darussalam pernah mendapat pengakuan dari Syarif Makkah atas nama Khalifah Islam di Turki bahwa Kerajaan Aceh adalah “pelindung” kerajaan-kerajaan Islam lainnya di Nusantara. Karena itu seluruh sultan-sultan nusantara mengakui Sulatan Aceh sebagai “payung” mereka dalam menjalankan tugas kerajaan. 

Kerajaan Aceh Darussalam


Keempat, Daerah Aceh pernah menjadi pangkalan/pelabuhan Haji untuk seluruh nusantara. Orang-orang muslim nusantara yang naik haji ke Makkah dengankapal laut, sebelum mengarungi Samudra Hindia menghabiskan waktu sampai enam bulan di Bandar Aceh Darussalam. Kampung-kampung sekitar Pelanggahan sekarang menjadi tempat persinggahan jamaah haji dulunya.

Pelabuhan Haji


Kelima, Banyak persamaan antara Aceh (saat itu) dengan Makkah, sama-sama Islam, bermazhab Syafi’i, berbudaya Islam, berpakaian Islam, berhiburan Islam, dan berhukum dengan hukum Islam. Seluruh penduduk Makkah beragama Islam dan seluruh penduduk Aceh juga Islam.

Orang Aceh masuk dalam agama Islam secara kaffah (totalitas), tidak ada campur adukantara adat kebiasaan dengan ajaran Islam, tetapi kalau sekarang sudah mulai memudar.



Memang mendengar kata serambi mekkah, mungkin sudah tidak asing lagi dibenak kita, namun tahukah anda siapa yang pertama sekali memberi sebutan aceh dengan nama serambi mekkah ?
 
1. apakah si bapak presiden pertama indonesia,soekarno?
2. apakah b.j habibie ? 
3. atau para pejuang lainnya yang berasal dari aceh, teuku umar misalnya ?

sebutan ''Serambi mekkah'' semuanya berawal ketika sang penjaga makam nabi Muhammad SAW yang bernama Syekh Ismail, beliau juga masih keponakan nabi. suatu malam beliau bermimpi bertemu Rasulullah, dan rasulullah berpesan kepadanya 

"wahai saudaraku,ambillah 5 pucuk surat yang ada di dalam ka'bah,dan carilah siapa anak manusia yang bisa membaca dan memberi makna akan isi surat tersebut"

kira kira seperti itulah percakapan mereka, lantas beliau tidak begitu saja percaya dengan mimpi tersebut, malam besoknya beliau kembali bermimpi seperti semula, dan terus berlanjut hingga ketiga kalinya, akhirnya beliau memutuskan untuk bertanya pada para sahabat dan ulama ulama disana tentang kebenaran mimpi tersebut, yang ditanyapun menyarankan agar beliau segera melaksanakan apa yang di perintahkan oleh Rasulullah, akhirnya beliau pergi menjelajahi semua benua di dunia ini, dari afrika ke amerika, dari amerika ke eropa dan terus berlanjut kebenua benua yang lainnya,

Perlu diingat saat hendak berkelana menjadi musafir ke seluruh dunia beliau saat itu berumur 20 tahun, tidak ada satu anak manusiapun yang bisa membaca surat dari dalam ka'bah yang ditulis oleh Rasulullah tersebut, setiap orang yang ditemuinya ia jelaskan maksud kedatangannya dan ia suruh baca dan artikan surat tersebut, namun tak ada satupun anak manusia yang bisa membacanya. 

Beliau hampir putus asa, dan suatu ketika beliau hendak kembali ke negerinya, di saat hendak naik ke kapal di dekat perairan selat malaka, pada saat itu selat malaka masih dalam kekuasaan kerajaan Aceh, beliau bertemu seorang pemuda yang sangat gagah perkasa, beliau bertanya asal usul pemuda tersebut dan menjelaskan maksud pengembaraan beliau yang saat itu beliau sudah menginjak tahun yang ke 80.

Saat itu beliau kira kira sudah berumur 100 tahun, kemudian sang pemuda mencoba membaca dan mengartikan makna dari isi surat - surat tersebut, alangkah terkejutnya syekh ismail ketika mendengar si pemuda tersebut dengan lancarnya menerjemahkan isi dari surat - surat yang di titipkan Rasulullah, lalu beliau bertanya siapa nama si pemuda tersebut, ya dialah MEURAH SILEU. atau bila diartikan dalam bahasa indonesia berarti merah silau, yang kini lebih di kenal dengan nama MAULANA MALIK IBRAHIM. dan lebih di kenal lagi dengan nama MALIKUSSALEH. dia lah pemuda yang gagah perkasa yang bukan hanya mengandalkan ketampanannya saja, tapi ia bisa membaca dan mengartikan surat penting dari Rasulullah SAW. Sungguh membanggakan, jadi bukan sembarangan orang yang memberi nama aceh serambi mekkah, tetapi nabi muhammad SAW sendiri yang memberi nama mulia tersebut, ini semua terlepas dari pro dan kontra di kalangan masyarakat kita, tetapi saat ini pantaskah aceh yang sekarang masih disebut dengan serambi mekkah karena dilihat dari merosotnya moral di sebagian masyarakat dan kalangan muda.

sumber :

1.  khatib lebaran idul fitri mesjid aree. di garot, sigli.
2. Tgk abdul aziz syah, Dakwah islam Maulid Nabi Muhammad SAW. di Lambunot, Aceh Besar .
Read Post | ulasan

Turki dan Swedia berkomitemen mendukung Kemerdekaan Aceh


meuria.net -Turki dan Swedia sudah berkomitemen mendukung Kemerdekaan Aceh. Komitmen ini terkait jasa Aceh (cq. ZN ABD) membantu Konflik Swedia­Turki. Turki mendukung kemerdekaan Aceh juga terkait romantisme Kejayaan negara Islam masa lalu, Turki dan Aceh, yang mesra akan diwujudkan Kembali. 

Cina bahkan sudah sepakat akan mendapat konsesi sebagai kontraktor utama Eksplorasi Migas di Seumelu, Aceh, yang cadangannya diperkiarakan mencapai 358 miliar barel, terbesar di Dunia. Kemerdekaan Papua akan diikuti oleh Kemerdekaan Aceh. 

Rencana ini sudah disepakati Gubernur Aceh – PM Australia di Canberra medio 2014 lalu. NKRI bisa bubar..! Bubarnya NKRI dan munculnya 5­6 negara baru di eks RI sesuai dengan tujuan “Clinton Programm’ 1998 lalu. Ingat selama Partai Demokrat berkuasa, RI akan diobok­obok oleh AS. Negara ASEAN juga menerapkan Standar Ganda. Di satu pihak secara resmi menolak diinsintergasi RI tapi dibelakang mereka setuju dengan rencana itu. 

Hal ini biasa dalam dunia diplomatik. RI yang besar dan kuat akan menjadi ancaman bagi negara­negara ASEAN lain. Mereka ingin RI dalam kondisi lemah dan terpecah­belah. Namun jangan sampai terjadi Gejolak Kawasan. Memecah Indonesia menjadi 5­6 Negara Merdeka tanpa gejolak adalah PR terbesar RRC, AS, Eropa, Australia, Israel dan ASEAN. Apakah berhasil..?

Apakah konspirasi global berhasil memecah RI menjadi 5­6 negara baru yang berdaulat tanpa terjerumus dalam gejolak politik dan militer yang berdarah-­darah? Atau bisa jadi RI akan terpecah­belah meniru nasib negara-­negara Balkan dengan gejolak politik­ militer yang memakan korban jiwa hampir satu juta Jiwa mati sia-­sia? 

Satu­satunya pilar kekuatan RI yang masih Solid adalah TNI. Pilar Utama Indonesia yang lain adalah Islam. Tapi Islam sudah dihancurkan, berantakan. Tak Solid lagi. Sementara Rakyat RI sudah tak jelas jiwa patriotisme dan nasionalismenya. Mati bersama Ideologi Pancasila akibat Reformasi Kebablasan & Media Fitnah. Karakter Bangsa Indonesia kini acak kadut. Menuhankan materialisme, hedonisme dan liberalisme.
Read Post | ulasan

Inilah Pengkhianatan Indonesia Untuk Aceh, Siapakah MUNAFIK?

Khamis, 28 Mei 2015


Sebagai warga negara Indonesia sungguh keterlaluan jika tidak mengenal Aceh. Karena letaknya diujung oleh karenanya banyak yang menganggap Aceh sesuatu yang asing dang terbelakang. Apalagi Aceh hadir dengan otonomi tersendiri yang khas agamanya membuat Aceh sering dimaki dan dihina pada zaman sekular ini.

Aceh dahulu merupakan negri yang hebat dan makmur. Letaknya yang strategis membuat Aceh menjadi tempat berdagang yang sangat padat. Ditambah lagi kesuburan negri dengan berkah rempah-rempahnya.

Dahulu Aceh merupakan daerah berdaulat, kekuasaannya memanjang dari Malaka sampai ke Thailand. Mungkin anda mengenali ciri khas Thailand dengan gajah putihnya. Gajah putih ini sendiri dikenal dan erat dengan Aceh. Sultan Perlak pada 1146 juga gemar mengendarai gajah berhias emas, sebagaimana dikutip Djamil dari Kitab Rihlah Abu Ishak al-Makarany. Sementara Marcopolo menyebut Samudra Pasai sebagai kerajaan yang mempunyai banyak gajah, dan sebagian besar kepunyaan raja.

Tugu Gajah Putih di depan Kodim Iskandar Muda
Dalam Rihlah Ibnu Batutah, Ibnu Batutah memberikan deskripsi lebih lengkap mengenai gajah Samudra Pasai pada 1345. Selain dimiliki Raja, gajah-gajah itu juga menjadi bagian armada perang kerajaan. Jumlahnya 300 gajah. Meski untuk berperang, gajah-gajah itu tetap dihias. Menurutnya, kekuatan dan kemegahan armada Gajah Samudra Pasai hanya bisa disaingi oleh Kerajaan Delhi (India).

Kebesaran kerajaan Aceh menjadikan Aceh salah satu negri yang setara dengan negri-negri besar Islam lainnya.Saking berdaulatnya, tidak ada satu bangsapun mencoba menjajah Aceh. Sejak kedatangan Portugis hingga Jepang. Bahkan peperangan rakyat Aceh terhadap pemerintah.

Saat Malaka berada dibawah lindungan Inggris, fihak Inggris pun mengakui kedaulatan Aceh. Disaat Indonesia tepatnya Sumatra sudah dikuasai Belanda, Aceh yang saat itu bersatu dengan Malaka dibawah lindungan Inggrispun hendak dikuasai oleh Belanda. Aceh dengan terang-terangan menolak Belanda, hingga dibuatlah perjanjian Belanda dengan Inggris yang dikenal dengan Traktat Sumatra yang isinya dimana bekas jajahan Belanda di Afrika (Gold Coast -sekarang Ghana) diserahkan kepada Inggris dan jajahan Inggris di Sumatera (yaitu Bengkulu) diserahkan kepada Belanda. Untuk menguasai seluruh Sumatera jika perlu Belanda akan memerangi Aceh. Perjanjian ini ditanda tangani tahun 1871. Dan dari situlah meletusnya perjuangan Aceh, saat kedatangan Belanda rakyat Aceh langsung dapat membunuh panglima besar angkatan perng Belanda Jendral Kohler didepan Mesjid Raya Baiturrahman.

Ilustrasi Terbunuhnya Kohler
Bukan itu saja jasa Aceh untuk Indonesia, Aceh merupakan salah satu wilayah yang tidak sempat dijajah seluruhnya oleh Belanda. Hingga pada saat Indonesia lumpuh saat agresi Belanda kedua dan Yogyakarta serta Bukittinggi yang saat itu menjadi Ibu kota Indonesia jatuh ditangan Belanda maka Aceh lah satu-satunya daerah yang masih bertahan.

Tidak ada pilihan lain, presiden Soekarno terpaksa mengasingkan diri ke Aceh. Tepatnya di Bireuen,yang relatif aman. Soekarno hijrah ke Bireuen dengan menumpang pesawat udara Dakota. Pesawat udara khusus yang dipiloti Teuku Iskandar itu, mendarat dengan mulus di lapangan terbang sipil Cot Gapu pada Juni 1948 yang kemudian disambut oleh Tgk Daod Bereueh panglima Divisi X, Kolonel Hussein Joesoef, para perwira militer Divisi X, alim ulama dan para tokoh masyarakat.

Di Istana Negara Bireuen


Seminggu Presiden Soekarno berada di Bireun, aktifitas militer pun berpusat disana sehingga kota Bireun pun dikenal dengan Kota Juang.

Ir. Soekarno memanggil Tgk Daud Bereueh dengan sebutan kakak. Dalam sebuah dialog Ir. Soekarno meminta Tgk Daud Bereueh untuk mengajak rakyat Aceh agar memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tgk Daud Bereueh menerima permintaan Ir Soekarno dengan syarat agar perjuangan rakyat Aceh adalam fisabilillah. Ir Soekarno mengiyakan, "Kakak! Memang yang saya maksudkan adalah perang yang seperti telah dikobarkan oleh pahlawan-pahlawan Aceh yang terkenal seperti Teungku Cik Di Tiro dan lain-lain, yaitu perang yang tidak kenal mundur, perang yang bersemboyan merdeka atau syahid." ujarnya.

Tgk Daud Bereueh meminta kepada Ir. Soekarno agar kelak jika perjuangan ini telah usai agar diberikan kebebasan kepada Aceh untuk menerapkan Syariat Islam. Sang Presiden pun mengabulkan permintaannya. Tgk Daud meminta kepada Soekarno agar menanda tangani hitam diatas putih agar dinampakkan kepada rakyat Aceh. Soekarno bersumpah akan hal itu. Namun, karena terisak-isak, Tgk Daud pun tidak memaksa lagi sang Presiden.Dialog lengkapnya bisa dibaca disini.

Di hotel Atjeh
16 Juni 1948, Bung Karno dan Tgk Daud Bereueh dari Bireun berkunjung ke Kutaraja (sekarang Banda Aceh) tepatnya di Atjeh Hotel seraya mengutarakan kebutuhan RI akan pesawat buat memperkuat pertahanan udara dan mempererat hubungan antarpulau. Diceritakan Presiden Soekarno sempat mogok makan sebelum diberikan jawaban oleh Tgk Daod Bereueh. Dalam dua hari, pengusaha Aceh yang tergabung dalam Gabungan Saudagar Indonesia Daerah Aceh (Gasida) berhasil mengumpulkan 130 ribu straits-dollar, dengan ditambah emas 20 kilogram. Uang itu sejatinya cukup untuk membeli dua pesawat. Pesawat ini dikenal dengan nama Dakota RI 001 Seulawah dan Dakota RI 002 Seulawah yang merupakan cikal bakal kedirgantaraan di Indonesia. Dengan kata lain, rakyat Aceh memiliki saham atas perusahaan penerbangan Indonesia, Garuda.


Radio Hervenzent Belanda di Batavia menyiarkan bahwa Indonesia sudah tidak ada lagi. Maka bangkitlah Radio Rimba Raya yang mengudara ke seluruh dunia pada 20 Desember 1948  untuk memblokade siaran propaganda dalam enam bahasa, Indonesia, Inggris, Urdu, Cina, belanda dan bahasa Arab. Dalam siaran bohong Radio Belanda seluruh wilayah nusantara sudah habis dikuasai Belanda. Padahal, Aceh masih tetap utuh dan tak pernah berhasil dikuasai Belanda.



Oleh karenanya Pesawat Dakota RI 001 dan 002 serta Radio Rimba Raya adalah cikal-bakal Garuda Air Ways dan Radio RRI saat ini.

Setahun kemudian Aceh bersedia dijadikan satu provinsi sebagai bagian dari NKRI. Namun pada tahun 1951, belum kering bibir mengucap, Provinsi Aceh dibubarkan pemerintah pusat dan disatukan dengan Provinsi Sumatera Utara. Di lain kesempatan, di hadapan ribuan pendukungnya di Sulawesi, Soekarno pidato berapi-api, "Tak ada Syariat Islam di Indonesia!"Dek! Rakyat Aceh tersentak.

Teringat ucapan manis dibibir akan janji dahulu.
"Untuk apa Indonesia merdeka?" Sukarno menjawab: "Untuk Islam kak". Dia memanggil kakak kepada saya. Saya tanya lagi, "betulkah ini?". Jawabnya, "betul kak". Saya tanya sekali lagi, "betulkah ini?". Dia jawab, "betul kak". Saya ulangi lagi, "betulkah ini ?".  Jawabnya "...Waallah Billah, Atjeh nanti akan saya beri hak untuk menjusun rumah tangganja sendiri sesuai Syari’at Islam. Akan saya pergunakan pengaruh saya agar rakjat Aceh benar-benar dapat melaksanakan Syari’at Islam. Apakah Kakak masih ragu...?? (Tgk Daud Bereueh)
Rakyat Aceh sangat tidak suka dikhianati. Abu Daud Bereueh pun bangkit, didirikannya lah DI/TII sebagai bentuk perlawanan dari pengkhiatanan. Rakyat Aceh porak-porannda setelah sekian lama berjuang membela Indonesia, memberikannya harta benda dan jiwa. Namun dibalas dengan Racun. Baca juga: Daud Bereueh di Bius dan Dibawa Paksa

Soekarno mangkat, Jenderal Soeharto naik tahta. Ternyata, tak juga perubahan dirasakan rakyat Aceh. Penderitaan semakin berat. Luka semakin tersayat-sayat. Mengiris-mengiris bagai sembilu di dada rakyat Aceh.

Soeharto memang sukses menumpas DI/TII. Tapi Soeharto tak pernah bermimpi bisa melumpuhkan perjuangan gerakan pemberontak baru di Aceh yang menamakan diri mereka GAM (Gerakan Aceh Merdeka). Pentolan- pentolan GAM seperti Hasan Tiro (cucu pahlawan Teuku Tjik Di Tiro- pen) meminta restu pada Daud Bereueh untuk meneruskan perjuangan DII/TII yang telah mengarah pada upaya mewujudkan Negara Islam Aceh Merdeka.

Soeharto tak hilang akal, DOM (Daerah Operasi Militer) Jilid I dan DOM Jilid II pun digelar. Puluhan ribu tentara dikirim ke Aceh. Dari berbagai satuan dan bermacam nama operasi. Yang terkenal adalah Operasi Jaring Merah yang disinyalir telah melakukan pembantaian besar-besaran di Aceh.


Pembantaian rakyat Aceh di Simpang KKA dalam Operasi Militer

Pengkhianatan-pengkhianan terus berlanjut sampai sekarang. Anda pasti tahu Tugu Monas yang dihiasi oleh 28 kg emas dan dibanggakan warga Jakarta itu kan?. Perkenalkan, namanya Teuku Markam salah seorang saudagar kaya dari Aceh keturunan Ulebalang (panglima kerajaan) yang hidup juga pada masa Soekarno. Juga salah seorang pasukan Tentara Rakyat Indonesia dengan pangkat Letnan Satu. Bisnis Teuku Markam dengan Pt. Karkam mengimpor mobil Toyota Hardtop dari Jepang, besi beton, plat baja dan mengimpor senjata atas persetujuan Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam) dan Presiden. Komitmen Teuku Markam adalah mendukung perjuangan RI sepenuhnya termasuk pembebasan Irian Barat serta pemberantasan buta huruf yang dilakukan oleh Soekarno.

Teuku Markam (lingkar merah) bersama Teuku Umar
Seperti pejuang Aceh lainnya. Teuku Markam kemudian dikhianati dan difitnah sebagai PKI, Koruptor, dan Soekarnoisme pada kepemimpinan Soeharto. Pada tahun 1966 ia ditahan tanpa proses pengadilan. Soeharto, Ketua Presidium Kabinet Ampera I, pada 14 Agustus 1966 mengambil alih aset Teuku Markam berupa perkantoran, tanah dan lain-lain, yang kemudian dikelola PT. PP Berdikari yang didirikan Suhardiman, Bustanil Arifin, Amran Zamzami atas nama pemerintahan RI. Pada tahun 1974, Soeharto mengeluarkan Keppres N0 31 Tahun 1974 yang isinya antara lain penegasan status harta kekayaan eks PT Karkam/PT Aslam/PT Sinar Pagi yang diambil alih pemerintahan RI tahun 1966 berstatus pinjaman yang nilainya Rp 411.314.924 sebagai modal negara di PT. PP Berdikari. Dan pada tahun 1974 ia bebas, 1985 ia meninggal akibat kompilasi penyakit.

Monas dengan emas 20 KG yang dibangga-banggakan warga Jakarta itu merupakan sumbangan saudagar dari Aceh
Lihatlah bagaimana rakyat Aceh terus-terusan dikhianati setelah ketulusan harta dan jiwa diberikan kepada pemerintah. Perlu anda ketahui, rakyat Aceh dikenal sebagai kesatri perang. Tidak hanya lelaki, wanita juga pernah menjadi laskar-laskar di tanah rencong ini. Hikayat Prang Sabi (Hikayat perang fisabilillah) merupakan syair ruh jiwa Aceh yang berani berperang membela Islam.

Dan kini banyak kita lihat komentar-komentar netizen di media sosial dan internet dengan mengatakan Aceh itu Munafik. Namun coba anda baca sekali lagi kisan ini, anda akan mengetahui siapa sebenarnya yang Munafik itu, semestinya anda sadar.

Sikap kurang ajar pemerintah di Jawa itulah yang kemudian membuat rakyat Aceh benci kepada mereka. Sudah hal wajar rakyat Aceh marah karena janji-janji tidak ditepati serta ketulusan telah dikhianati. Dan dari itulah, wajar Aceh meminta memerdekakan diri serta memperjuangkan hak mereka sendiri untuk membangun negri dibawah Syariat Islam.

Anda tidak ada hak mengecap Aceh Munafik! karena anda tidak mengerti bagaimana perjuangan bangsa Aceh. Dan juga anda tidak ada hak untuk mengkomentari atas hukum-hukum atau Qanun yang ditetapkan oleh pemerintah Aceh kepada rakyat Aceh.

Setidaknya anda sadar bahwa anda sedang menikmati dari hasil jerih payah rakyat Aceh. Dan mereka rakyat Aceh bisa saja merebut kembali, bahkan pula emas diatas monas itu. Open your eyes and think smart!

sumber: http://www.zulfanafdhilla.com/2015/05/inilah-pengkhianatan-indonesia-untuk.html
Read Post | ulasan

Prabowo Terbakar di BBC News

Ahad, 13 Julai 2014

14051189791941399603
(Sumber: http://www.smh.com.au/world/indonesia-election-prabowo-comes-out-swinging-in-votes-dispute-20140711-zt3mz.html)
Tampil dalam wawancara di BBC News, Prabowo seperti orang yang tidak berpijak pada kenyataan. Bukannya menjawab dengan fakta dan argumen rasional, Prabowo malah menjawab pertanyaan dengan tuduhan-tuduhan pada pihak Jokowi. Ketika ditanya soal hasil lembaga survey kredibel seperti CSIS, Kompas dan SMRC, Prabowo langsung menuduh semua lembaga ini sebagai partisan dan completely not objective. Walaupun mengkritik Jokowisebagai tidak menunggu hasil resmi KPUPrabowo sendiri mengklaim kemenangan dirinya dengan argumen data real count yang dipunyai pihaknya (tapi tak ditunjukkannya). Michael Bachelard dari The Sydney Morning Herald mencatat klaim hasil real count dari Hashim Djojohadikusumo, manajer kampanye Prabowo, bahwa pihaknya menang dengan 51,67% (43,9 juta suara untuk Prabowo dan 40,1 juta suara untuk Jokowi). Michael juga mencatat hasil real count dari pihak PDIP dengan 53,24% dukungan bagi Jokowi dari lebih 50% real count yang telah masuk.
Ditanya mengenai style Prabowo dibandingkan style Jokowi yang lebih merakyat, Prabowo langsung menyerang bahwa Jokowi hanya berlagak (act) rendah hati dan merakyat. Prabowo justru menuduh Jokowi murni sebagai produk pencitraan dan sesungguhnya adalah alat penguasa. Ketika ditanya tentang rekam jejaknya yang berlumuran masalah HAM, Prabowo mulai meninggi suaranya. Ketika ditanya mengapa hal itu tidak dapat pernah dijernihkan, Prabowo sekali lagi menuduh bahwa isu itu selalu muncul dari pihak lawan untuk merusak namanya.
Penampilan Prabowo di BBC News membongkar seluruh sikap kampanyenya sendiri. Dalam keseluruhan interview, tampak tak ada niat untuk mengklarifikasi klaim dengan data dan fakta. Justru di TV internasional netral yang tak mampu dikontrolnya ini, yang ada hanya jawaban yang berupa tuduhan kepada pihak Jokowi. Prabowo juga sesumbar untuk menyediakan 16 lembaga survey yang dapat memberikan hasil yang memihak kepadanya,seolah-olah dengan uang segala sesuatu dapat dibeli dan diciptakan. Sesumbar semacam ini justru dilakukan di tengah maraknya informasi tentangpermainan yang dilakukan di lembaga surveynya sendiri. Dan seperti tidak menghiraukan praktek yang menimbulkan banyak pertanyaan di kubunya, Prabowo terang-terangan menuduh pihak Jokowi yang berusaha memanipulasi hasil pemilu dengan “grand design” mereka.
Sama sekali tak tampak jiwa ksatria dan kenegarawan dari Prabowo dalam interview ini. Jawabannya selalu dipenuhi tuduhan pada lawan. Padahal ini baru sekadar proses pemilu. Bagaimana kalau misalnya Prabowo harus berdiplomasi dengan negara lain dalam kasus yang sulit? Apakah yang sudah terbiasa hanya mampu menjawab dengan tuduhan tanpa dasar mampu bersikap lain ketika kondisinya lebih genting dan lebih banyak yang dipertaruhkan?
Ketika didesak dengan pertanyaan, bagaimana kalau dia kalah? Prabowo menjawab keras, “What?! I am confident I win!” Sementara itu, bukan hanya pengamat dalam negeri yang menganggap hasil quick count sebenarnya sudah jelas untuk kemenangan Jokowi, analis luar negeri Edward Aspinall dan Marcus Mietzner juga menegaskan kemenangan Jokowi dalam tulisan mereka.“Let’s be clear about one thing: Joko Widodo (Jokowi) has won Indonesia’s 9 July presidential election. If the formal vote counting and tabulation process concludes without massive fraud, he will be sworn in as the country’s new president on 20 October of this year,” tulis mereka. Kalau tanpa kecurangan, Jokowi akan resmi menjadi presiden Indonesia. Sementara itu, ketiga lembaga survey yang memenangkan Prabowo tidak hadiri undangan perhimpunan lembaga survey (Persepsi) untuk mempresentasikan hasil survey mereka.
Dalam sebuah wawancara di ABC News, Prof. Edward Aspinall dari Australian National University mengatakan bahwa ada risiko nyata niat untuk pemalsuan suara. Aspinall mengatakan bahwa jika ada yang sengaja membuatkebingungan dengan hasil quick count palsu, maka itu hanya masuk akal jika memang ada niat untuk melakukan pemalsuan suara. Aspinall mengatakan bahwa walaupun KPU pusat cenderung bersih, banyak KPU cabang daerah yang perlu diawasi karena rentan pemalsuan dan suap. KPK sudah memperingatkan KPU dan Bawaslu untuk tidak main-main dalam pemilu kali ini. Namun, pengawasan oleh rakyat dan keaktifan untuk melaporkan berbagai temuan akan sangat-sangat diperlukan.
Prabowo tanpa malu menuduh pihak Jokowi-lah yang berusaha melakukan kecurangan pemilu dengan lembaga survey yang justru kredibilitasnya diakui secara internasional. Dan walaupun sering meneriakkan slogan anti-asing, tim kampanye Prabowo mengakui mempekerjakan konsultan politik asal Amerika Rob Allyn. Aspinall mencatat bahwa Rob Allyn mempunyai keahlian dalamnegative campaign dan dalam memproduksi hasil survey yang menunjukkan seolah calon yang lemah terlihat kompetitif. Jadi tampaknya justru pihak Prabowo yang mempunyai “grand design” lengkap untuk manipulasi hasil pemilu.
Banyak hal yang terpaksa harus dipelajari sekaligus oleh rakyat Indonesia dalam pilpres kali ini. Kita memang tidak mengira bahwa pemilu bisa sekotor ini. Kampanye hitam, TV tanpa etika dan bahkan survey palsu mungkin bukan kurikulum ideal dalam pembelajaran demokrasi kita. Namun kita tetap tidak boleh gagal belajar. Cukup sudah Islam dipakai untuk politisasi dan kepentingan kelompok. Cukup sudah kita impor cara-cara kampanye hitam asing. Cukup sudah bulan suci Ramadhan dikotori dengan berbagai ambisi dan kebohongan! Kita harus berani ambil sikap dan secara serius membenci kejahatan!
Saya tak berhenti kagum pada Jokowi yang tampil sederhana di Metro TV danbilang bahwa Prabowo sesungguhnya patriot bangsa yang akan menjunjung tinggi kepentingan bangsa dan rakyat Indonesia. Jujur saja, saya tak bisa seyakin Jokowi. Kali ini saya benar-benar berharap Jokowi benar.

Read Post | ulasan
 
© Copyright Atjeh-Online 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all